Tingkat Kedisiplinan Siswa Di Sekolah
Sabtu, 15 Maret 2014
Sabtu, 07 Desember 2013
Faktor Umum disiplin
Disiplin diri merupakan suatu siklus
kebiasaan yang kita lakukan secara berulang – ulang dan terus menerus
secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita
lakukan. Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan
secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang
mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki
kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih tujuan hidup yang
menentukan masa depan kita. Akhir kata, setelah kita semua mendapat
materi ini diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
agar apa yang menjadi tujuan kita dapat tercapai. Satu hal penting,
sebelum kita melakukan sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan
atau target dan tidak menunda sampai situasi sempurna.Karena secara tidak langsung kita telah
menyimpannya di alam bawah sadar. Dan otomatis setiap tindakan yang akan
kita lakukan selaras dengan apa yang telah kita simpan itu. “ not only what you see is what you get, but also what you think is what you get” . Kemudian lakukan terus dengan disiplin sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan. menurut Miller dalam Journal Of Psychologi mengemukan bahwa, faktor-faktor yang umum mempengaruhi
nilai kedisiplin,
a.
Meliputi dimensi individu (kemampuan, persepsi, motif,
sasaran, kebutuhan, dan nilai).
b.
Suasana motivasi dan kompensasi.
c.
Dimensi kelompok (status, norma, keeratan, dan komunikasi);
dan struktur organisasi (termasuk unsur-unsur makro dalam pengendalian dan
pencemaran).
Jumat, 06 Desember 2013
Disiplin Siswa di Sekolah
Disiplin Siswa di Sekolah
Dalam
kehidupan sehari-hati sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X
adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang
yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi
biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat
terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan
sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya
ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan
dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat
(konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh
suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk
dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku
di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan
dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah
untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala
diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi
dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi
dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk
kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snockdalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah,
Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :
(1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,
(2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa
belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat
baginya serta lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School
discipline has two main goals: (1) ensure the safety of staff and
students, and (2) create an environment conducive to learning”. Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa “the
goals of discipline, once the need for it is determined, should be to
help students accept personal responsibility for their actions,
understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to
change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan
disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan
belajar yang nyamanterutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru
tidak mampumenerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi
kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana
belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts”
danoleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan korektif.
Disiplin preventif, yakni upaya menggerakkan siswa mengikutidan mematuhi
peraturan yang berlaku. Dengan hal itu pula, siswa berdisiplin dan
dapat memelihara dirinya terhadap peraturan yang ada. Disiplin korektif,
yakni upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang
melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya
sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada.
Membicarakan tentang disiplin sekolah
tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku
negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini
tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas,
keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang
menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri
sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal
sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah
masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan
sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos,
perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk
penyimpangan perilaku lainnya.
Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa
Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa
Disiplin
kelas, tata tertib kelas, pengendalian kelas, manajemen kelas atau
apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru.
Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka
kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini
merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang
kondusif.
Sebagai agen sosialisasi (socialization agent),
guru hendaknya membelajarkan siswa tentang berbagai perilaku yang
sesuai dengan tuntutan situasi. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan siswa, guru menyampaikan berbagai pesan kepada siswa agar dapat
berperilaku sesuai dengan situasi yang diharapkan di kelas.
Terdapat 4 (empat) hal penting untuk mencapai kesuksesan di kelas:
- Guru perlu merencanakan secara matang pendekatan individual dalam mendisiplinkan siswa.
- Guru harus memahami secara baik berbagai teori disiplin, beserta asumsi yang mendasarinya.
- Guru memahami nilai-nilai dan filsafat pendidikan yang diyakininya.
- Guru harus mampu menentukan pendekatan disiplin yang sejalan dengan keyakinan siswanya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dan konflik personal.
Sesungguhnya, banyak teori tentang disiplin yang bisa kita terapkan, salah-satunya adalah teori Inner Discipline
yang digagas oleh Barbara Coloroso. Dalam upaya mendisiplinkan siswa di
kelas (sekolah), Coloroso mengemukakan 3 (tiga) kategori guru (dalam
tulisan ini saya menggunakan istilah tipe guru), yaitu: (1) Brickwall Teacher (Guru Tembok Bata); (2) Jellyfish Teacher (Guru Ubur-ubur); dan (3) Backbone Teacher (Guru Tulang Punggung). Berikut ini disampaikan penjelasan singkat dari ketiga tipe tersebut:
- Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher). Guru tipe ini berusaha membatasi dan mengendalikan siswa secara ketat, menganggap siswa sebagai bawahan dan kerap menghina siswa. Disini tidak ada wilayah abu-abu, yang ada hanyalah dikhotomi antara hitam dan putih. Guru tipe ini mengoperasikan tugas dalam suasana ketakutan, melalui aturan tetap dan kaku, menekankan ketepatan waktu, kebersihan dan ketertiban. Dalam proses pembelajaran sering mematahkan kehendak siswa, menekankan ritual dan hafalan, lebih mengandalkan pada kompetisi dan mengajarkan tentang apa yang harus dipikirkan daripada bagaimana berpikir (what to think rather than how to think). Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher) kurang memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya.
- Guru Ubur-ubur (Jellyfish Teacher). Berbanding terbalik dengan Guru Tembok Bata, guru tipe yang kedua ini sama sekali tidak memiliki ketegasan dan cenderung lemah dalam mengelola kelas, sehingga memungkinkan terjadinya kekacauan dan anarki di kelas. Tidak memiliki aturan dan struktur yang jelas, serta seringkali menetapkan aturan dan hukuman yang tidak konsisten. Guru tipe ini cenderung menggunakan ancaman dan emosional serta meremehkan proses pembelajaran. Sama halnya dengan tipe guru Tembok Bata (Brickwall Teacher), guru tipe yang kedua ini juga tidak memperhatikan kebutuhan siswa akan pengembangan kemampuan Inner Discipline-nya.
- Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher). Guru tipe ketiga ini adalah guru yang senantiasa berusaha memberikan dukungan dan menyediakan struktur yang diperlukan siswa untuk menyadari keunikan dan mengenal diri yang sejatinya. Proses pembelajaran berlangsung secara demokratis dengan aturan yang sederhana tetapi jelas. Guru tipe yang ketiga ini selalu berusaha mendukung siswa untuk melakukan kegiatan yang kreatif, konstruktif dan bertanggung jawab, memotivasi siswa agar dapat melakukan semua hal yang mereka miliki bisa. Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) berupaya membelajarkan siswa bagaimana berpikir dan memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pada Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) inilah memungkinkan terjadinya pengembangan Inner Discipline siswa.
Coloroso berkeyakinan bahwa dalam berhubungan dengan siswa, seorang guru seyogyanya dapat membantu siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya.
Dalam arti, membantu siswa agar mampu menunjukkan perilaku yang
kreatif, konstruktif, kooperatif, dan bertanggung jawab, tanpa harus
diatur dan dikendalikan orang lain. Siswa dibelajarkan untuk menerima
masalah yang dimiikinya, mengambil tanggung jawab penuh atas masalah
perilakunya dan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk
mengatasinya, bukan atas dasar rasa takut tetapi berdasarkan pemahaman
dan kesadaran bahwa memang itulah hal yang benar untuk dilakukan (it is the right thing to do).
Teori Inner Discipline meyakini
bahwa setiap siswa pada dasarnya terhormat, oleh karena itu sudah
sepatutnya mereka menerima perlakuan secara terhormat dan setiap saat
dapat diperlakukan dengan tanpa harus melukai kehormatan dirinya. Langkah-langkah penerapan Inner Discipline
dikembangkan dalam 6 (enam) tahapan, yaitu: (1) identifikasi dan
mendefinisikan masalah; (2) menentukan kemungkinan-kemungkinan
pemecahannya; (3) mengevaluasi pilihan-pilihan yang tersedia; (4)
memilih salah satu pilihan yang ada; (5) membuat sebuah rencana dan
melaksanakannya; (6) melakukan retrospeksi, dengan mengevaluasi ulang
masalah dan solusi yang dijalankan.
Menurut Coloso, keenam langkah ini telah mencakup 3 R tentang Disiplin, yaitu: (1) Restitusi: memperbaiki kerusakan perilaku dan kepribadian yang dialami siswa ; (2) Resolusi:
menentukan cara untuk tidak membiarkan perilaku itu terjadi lagi atau
dengan kata lain siswa dapat menerima apa yang yang telah dilakukannya
dan memulai hal baru; dan (3) Rekonsiliasi: proses
penyembuhan, siswa dibelajarkan untuk menghormati rencana restitusi yang
telah disepakati, dan berkomitmen untuk berbuat sesuai dengan
resolusi.
Menjadi Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) yang mampu mengimplementasikan Inner Discipline
sebagaimana disarankan oleh Coloso tentu bukan hal yang mudah, apalagi
bagi guru-guru yang sudah kadung menjadi menjadi Guru Tembok Bata atau
Guru Ubur-ubur, tetapi barangkali itulah pilihan yang paling
memungkinkan dalam konteks pendidikan saat ini, yang mengedepankan
proses pemanusiaan manusia.
Landasan teori disiplin
Landasan Teori
Prijodarminto (1994) dalam Tu’u
(2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.
Menurut Johar Permana, Nursisto
(1986:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban
Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:32)
menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu
atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam
hatinya.
Gordon (1996:3-4) membedakan kata
disiplin dengan mendisiplin. Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan
tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang
diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim
bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai
menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan
menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.
Konsep Disiplin Diri
- Konsep Disiplin Diri
- Pengertian Disiplin
- Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11) menyebutkan “makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan ‘latihan yang memperkuat’, ‘koreksi dan sanksi’, ‘kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan’, dan ‘sistem aturan tata laku”.
Seseorang perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seseorang yang bertindak disiplin karena ada pengawasan, ia akan bertindak semaunya dalam proses belajar disiplin apabila tidak ada pengawas. Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan mengingat orang cenderung berperilaku sesuka hati, begitu pula di lingkungan keluarga. Disiplin perlu diajarkan kepada anak sejak kecil oleh orang tuanya, anak yang dididik disiplin perlu mendapatkan perlakuan yang sesuai / sepatutnya bagi orang yang belajar. Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari disiplin, maka anak sebagai manifestasi dari tindakan disiplin akan timbul dari kesadarannya sendiri, bukan merupakan suatu keterpaksaan atau paksaan dari orang lain. Sehingga anak akan berlaku tertib dan teratur dalam baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.
- Menurut ahli lain, Soegeng Prijodarminto (1994:23) mengemukakan sebagai berikut:
Dari pendapat ahli di atas diketahui bahwa disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Disiplin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah disiplin belajar di sekolah dan di rumah.
- Unsur-unsur Disiplin
1). Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku
2). Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya
3). Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
4). Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku
5). Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku
3. Perlunya disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal itu disebabkan di mana pun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Soegeng Prijodarminto (1994:13) mengatakan “di jalan, di kantor, di toko, swalayan, di rumah sakit, di stasiun, naik bus, naik lift, dan sebagainya, diperlukan adanya ketertiban dan keteraturan”.
Jadi, manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Manusia memerlukan disiplin dalam hidupnya di mana pun berada. Apabila manusia mengabaikan disiplin, akan menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perilaku hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di tempat manusia berada dan yang menjadi harapan. Tulus Tu’u (2004:37) mengatakan “disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan”. Disiplin itu penting karena alasan berikut ini:
1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
Ahli lain, Singgih D. Gunarsa (1992:137) menyatakan disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah :
1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain
2) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankaan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan
3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain
- Fungsi Disiplin
- Menata Kehidupan Bersama
- Membangun Kepribadian
- Melatih Kepribadian
- Pemaksaan
- Hukuman
- Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
- Macam-macam Disiplin
1). Disiplin Otoritarian
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi.
2). Disiplin Permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu.
3). Disiplin Demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan mentaati peraturan yang ada.
Demikianlah tiga macam teknik disiplin. Disiplin otoritarian sangat menekankan kepatuhan dan ketaatan serta sanksi bagi para pelanggarnya. Disiplin permisif memberi kebebasan kepada siswa untuk mengambil keputusan dan tindakan. Disiplin demokratis menekankan kesadaran dan tanggung jawab.
Kemudian akan disebutkan macam – macam disiplin belajar. Dalam penelitian ini disiplin belajar yang dimaksud dibagi menjadi dua yaitu disiplin belajar di sekolah dan disiplin belajar di rumah.
- Pengertian Disiplin
- Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11) menyebutkan “makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan ‘latihan yang memperkuat’, ‘koreksi dan sanksi’, ‘kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan’, dan ‘sistem aturan tata laku”.
Seseorang perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk selalu terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali diri. Sikap disiplin yang timbul dari kesadarannya sendiri akan dapat lebih memacu dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seseorang yang bertindak disiplin karena ada pengawasan, ia akan bertindak semaunya dalam proses belajar disiplin apabila tidak ada pengawas. Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan mengingat orang cenderung berperilaku sesuka hati, begitu pula di lingkungan keluarga. Disiplin perlu diajarkan kepada anak sejak kecil oleh orang tuanya, anak yang dididik disiplin perlu mendapatkan perlakuan yang sesuai / sepatutnya bagi orang yang belajar. Apabila anak telah mengetahui kegunaan dari disiplin, maka anak sebagai manifestasi dari tindakan disiplin akan timbul dari kesadarannya sendiri, bukan merupakan suatu keterpaksaan atau paksaan dari orang lain. Sehingga anak akan berlaku tertib dan teratur dalam baik di sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.
- Menurut ahli lain, Soegeng Prijodarminto (1994:23) mengemukakan sebagai berikut:
Dari pendapat ahli di atas diketahui bahwa disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Disiplin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah disiplin belajar di sekolah dan di rumah.
- Unsur-unsur Disiplin
1). Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku
2). Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya
3). Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
4). Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku
5). Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku
3. Perlunya disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal itu disebabkan di mana pun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Soegeng Prijodarminto (1994:13) mengatakan “di jalan, di kantor, di toko, swalayan, di rumah sakit, di stasiun, naik bus, naik lift, dan sebagainya, diperlukan adanya ketertiban dan keteraturan”.
Jadi, manusia mustahil hidup tanpa disiplin. Manusia memerlukan disiplin dalam hidupnya di mana pun berada. Apabila manusia mengabaikan disiplin, akan menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perilaku hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di tempat manusia berada dan yang menjadi harapan. Tulus Tu’u (2004:37) mengatakan “disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan”. Disiplin itu penting karena alasan berikut ini:
1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.
Ahli lain, Singgih D. Gunarsa (1992:137) menyatakan disiplin perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah :
1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain
2) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankaan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan
3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman
5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain
- Fungsi Disiplin
- Menata Kehidupan Bersama
- Membangun Kepribadian
- Melatih Kepribadian
- Pemaksaan
- Hukuman
- Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
- Macam-macam Disiplin
1). Disiplin Otoritarian
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal mentaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi.
2). Disiplin Permisif
Dalam disiplin ini seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu.
3). Disiplin Demokratis
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan mentaati peraturan yang ada.
Demikianlah tiga macam teknik disiplin. Disiplin otoritarian sangat menekankan kepatuhan dan ketaatan serta sanksi bagi para pelanggarnya. Disiplin permisif memberi kebebasan kepada siswa untuk mengambil keputusan dan tindakan. Disiplin demokratis menekankan kesadaran dan tanggung jawab.
Kemudian akan disebutkan macam – macam disiplin belajar. Dalam penelitian ini disiplin belajar yang dimaksud dibagi menjadi dua yaitu disiplin belajar di sekolah dan disiplin belajar di rumah.
DISIPLIN SEKOLAH
..
DISIPLIN SEKOLAH
1. Pengertian DisiplinDalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diperlukan di manapun, karena dengan disiplin akan tercipta kehidupan yang teratur dan tertata. Untuk lebih memahami tentang disiplin, berikut akan diuraikan pengertian disiplin dari beberapa ahli.
a) Menurut Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia (Lemhanas) (1997:12) disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.
b) Menurut Prijodarminto (1994) dalam Tu’u (2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.
c) Menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:32) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
d) Gordon (1996:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin. Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.
Dari uraian pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.
2. Pengertian Disiplin Belajar
Dari pengertian disiplin dan pengertian belajar di atas maka yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkahlaku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah. Indikator disiplin belajar dalam penelitian ini adalah: ketaatan terhadap tata tertib sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah.
3. Perlunya Disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan di manapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar di rumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulam. Menurut Tu’u (2004:37) disiplin penting karena alasan berikut ini:
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.
Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang
b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar.
4. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasilbelajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalahsebagai berikut:
a. Menata kehidupan bersama
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengaur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.
b. Membangun kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian yang baik
Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama.
d. Pemaksaan
Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dangan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin
Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Menurut Tu’u (2004:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:
a) Kesadaran diri
Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadarn diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b) Pengikutan dan ketaatan
Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
c) Alat pendidikan
Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d) Hukuman
Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih lanjut Tu’u (2004:49-50) menambahkan masih ada faktorfaktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu.
a. Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh terhadap disiplin para siswa.
b. Lingkungan berdisiplin
Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c. Latihan berdisiplin
Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Sedangkan menurut Lemhanas (1997:15) terbentuknya disiplin karena alasan berikut.
a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para pelaku.
b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
c. Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.
6. Indikator Disiplin Belajar
Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinnannya membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di rumah. Tu’u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal Edukasi (2005:80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu:
a. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah
b. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah
c. Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran
d. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah
Angket Kedisiplinan Siswa Disekolah
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah dalam memelihara prilaku siswa
agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk sesuai norma,
peraturan dan tata tertip yang berlaku di sekolah. Untuk menilai sejauh
mana kedisiplinan siswa disekolah dapat dilihat dari kriteria disiplin
sekolah dalam angket berikut :I. Petunjuk pengisian
1. Bacalah setiap daftar pernyataan dengan teliti
2. Semua jawaban tidak ada yang benar dan yang salah sehingga yang diharapkan adalah jawaban yang sesungguhnya dari anda
3. Beri tanda contreng (√ ) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada
4. Ada lima sekala yang digunakan dalam tiap pernyataan yaitu
SL = selalu
SR = sering
J = jarang
JS = jarang sekali
TP = tidak pernah
Selamat bekerja
Read More
Langganan:
Postingan (Atom)